Sederhana Apanya...

Sederhana
Demikian bijak berkata
Cinta itu sederhana
Memberi bukan menerima
Jikapun keduanya
Itu nilai lebih manusia

Sederhana adalah kata
Yang apa adanya
Tak perlu lagu
Tak perlu gitar
Untuk membuatnya ada
Cukup apa adanya

Sekata sampai mati

Ketika ijab telah sekata
Bersihkan hati
Dari setiap debu masa lalu
Memberi tempat baginya
Meski disudut
janganlah

Kelak ketika lengah duka sunyi
Dia akan terjaga
Mengendap merayap pelan
Membentuk bunga-bunga
Dan mengisi seluruh ruang

Bersihkan niat semula
Rapatkan hati
Sekatalah sampai nanti
sampai mati...

Habis Dimakan Malam

Berdebat sejak pagi buta
Tentang siapa lebih dulu
Berteriak murka hingga siang
Siapa salahnya siapa
Meradang sampai petang
Siapa mendustai siapa
Tersedu-sedu hingga malam
Membagi hati
Kemudian lari

Hampir pagi
Debat masih lagi alot
Enggan berhenti
Semakin benci

Kita teramat sibuk
Siapa mempersalahkan siapa
Kita lupa
Sedari pagi
Cinta sudah pergi

Dan waktu untuk kita kembali
Telah habis
dimakan malam

Sejenak tetapi ada

Serupa langit aku padamu
Menatap
senyum-senyum sendiri
Seperti udara aku padamu
Berhembus
Sepoi-sepoi sendiri

Melihat tawa suka cita
Mendengar tangis duka lara
Selalu ada
Demikian aku padamu

Bukan se siapa aku bagimu
Jangan mencari
Pada ingatan kenangan dikepalamu
Biar saja ruh ku menjadi mozaik
Mengindahkan mu selalu

Akulah embun
Setitik embun dibangun pagi mu
Menemani walau sejenak
Aku ada
Menyejukkanmu
di pagi buta....

Bualan Perasaan

Cekikikan berdua selalu
Tertawa lepas
Senyum ditahan-tahan
Menghukum manis
hingga menyembul lesung pipi
Ah manisnya
Sungguh...

Dalam pelukan yang sama
Dekap yang sama rasa
Tapi pikiran isi hati berbeda
Tidak serupa
Tidak sama rasa

Kamu dengan ingatan padanya
Orang lain milikmu
Aku dengan kesan padanya
Yang bukan kamu
Dia punyaku
Milikku yang lain

Aku kamu bersama
Tapi tidak serupa
Tidak sama hati
Aku kamu pembual
Pecinta yang mati rasa

Cemburu mimpimu

Melihatmu tenggelam dalam lelap
Teduh wajahmu
Penuh gurat suka cita
Terang diantara nafas
pelan dalam-dalam
Kunikmati...
Seperti menyeruput kopi pagi tadi

Menikmati bibir mungil
Kumis tipis manis
Selalu tersenyum kala tidur
Kau memeluk guling mesra
Tentu mimpimu indah saat itu

Aku cemburu
Pada mimpimu tiap malam
Yang selalu bisa membuatmu
Senyum - senyum sendiri
Ah manis nya....

Lebih Dulu Padamu

Aku yang menyukaimu lebih dulu
Jauh....jauh sebelum kau suka
Tapi bodohnya
Aku tidak menyadari itu
Bahwa suka mu juga hebat padaku

Kau tahu kenapa?
Bukan karena aku tidak menyukaimu
Tapi hatiku yang besar
Teramat besar suka ku padamu

Hatiku tertutup
oleh perasaanku padamu
Hingga tak menyadari
Kalau kau demikian suka juga padaku

Aku yang lebih dulu padamu






Luka Sembuh Lagi

Untuk kesekian kalinya
Tak di ingini
Dilupakan lagi
Lagi dan lagi

Semula sakit juga
Serupa ingin menggila
Berteriak murka

Setelah didera beberapa kali
Sudah biasa
Bisa diterima
Akhirnya...

Tak ada yang salah
Kamu yang jenuh
Dan aku yang tak ingin lagi

Demikian lika-liku hidup
Jatuh bangkit lagi
Luka sembuh lagi
Nanti dicoba lagi
Lagi kemudian lagi

Sewaktu di langit

Ketika kamu sibuk melintasi waktu
Biar aku saja
Yang membelah langit
Biar rindu
Biar temu
Biar mau
Tak berubah menjadi sesak
Yang mengambang, menyiksa

Kemudian jejak rasa
Hilang kabur
Bersih tersapu
disiram hujan yang tak bersisa
penuh amarah


Aku Kamu Pelupa

Tetiba saja datangnya
Berjumpa
Mengetuk
Bersuka
Kemudian saling lupa

Sebegitu sederhana nya suka
Hingga puas bermain-main rasa
Kamu pengecut
Pun aku demikian

Kita pelupa
Di akhir cerita
Aku, kamu, kita siapa??

Sambil Berlalu

Berdebar- debar semakin hari
Tentangmu..
Selalu..
Melulu tentangmu yang tanpa bosan

Sesak menunggu
Matahari yang tidak mau tahu
Membagi cahaya sana sini
Berbagi panas dimana-mana

Sedikit lagi menunggu
Mari bermain waktu
Sambil berlalu,..

Gelap Tiba-tiba

Gempita sorak sorai diluaran
Keringat basah kuyup
Nafas menderu deru
Bercampur debu

Semangat masih di kepala
Menantang terik
Panas yang pelik
Sungguh penat yang pekat

Langit entah biru atau kuning
Kunang-kunang melayang
Tenggorokan tercegat
Hitam tiba-tiba
Gelap
Tamat....

Hujan lari-lari

Lucu juga melihatmu berkeringat
Panas dingin merancau
Ini belum seberapa
Akan lebih lucu lagi nanti
Akan lebih meriang kau lagi

Kiramu keliru
Aku bukan hujan
Tempatmu bermain basah-basahan
Sambil menari
Bernyanyi lari-lari
Berjanji kemudian lari

Aku muara
Aku hulu
Atas segala permainan yang kau mulai

Mati Iseng Sendiri

Teruslah dengan diam mu
Aku tidak akan mengganggu
Atau mengacau
Tetaplah disitu dengan acuhmu
Aku tidak akan meminta
Atau menghiba

Aku disini
Masih dengan terangmu yang kemarin
Sedikit mulai meredup
Hari berganti tanpa wujud mu
Jika cahaya nya mati
Biarlah dia mati sendiri
Iseng sendiri...


kita kawanan perindu

Selamat pagi
Masihkah kau sendiri
Menyendiri dan menyepi dalam sepi
Kemudian menari sendiri?

Bagi ceritamu kawan
Agar kau tahu
Saya adalah awan
Yang selalu biru padamu

Masihkah kau sesak menjaga rindu?

Usah menangis
Dan mengemis manis
Teriakkan saja padaku
Lara hati
Suka hati
Dalam hati

Karena kau dan aku
Adalah kita
Kawanan perindu...

Seperti itu, Aku...

Siapa aku
Kira-kira seperti itu
Tanya di kepala besarmu
Matamu mendelik bertanya-tanya
Tatapmu memudar
Memicing penuh ragu

Aku hanya seseorang biasa
Yang tidak pandai berhenti
Setelah aku memulai

Demikianlah
Aku orang bodoh seperti itu
Jadi berhenti bertanya
Penasaranmu tidak akan menghasilkan apa-apa
Selain keringat
Yang menyengat....

Sudah Tak Sama

Dengan secangkir kopi
Sepiring pisang goreng panas
Dipagi-pagi sekali
Kuputar kembali jejak-jejak kita
Yang Kemarin

Sesungguhnya manis semula
pada penuh semut gula
Manis teramat manis

Pada sebelas malam kemudian
Petaka tiba-tiba bermula
Pada subuh yang buta
Hampir pagi
Baku dapa
Baku jumpa
bersama

Hingga petang
Kemudian pagi lagi
Petang lalu malam lagi
Baku dapa
Baku jumpa
Bersama
Tapi sudah tak sama rasa

Kamu berubah
Kita berpisah
Selesai cerita
Kisah berhenti di awal episode


Nostalgia Lupa

Kepada sepi
Yang dengan angkuh mengaku lupa
Namun merindu saban senja
Enggan mengaku

Telah mengaku lupa
Berarti sebaliknya
Pun yang mengaku benci
Sebenar tidak demikian

Itulah kita
Ada bagian didalam hati
Yang tetap utuh
Walau segalanya hancur didera waktu
Itulah kenangan

Jangan berbohong
Sebab ini tentang rasa
Bukan apa-apa

Kecuali Perpisahan

Disini
Ku berdiri berkisah tentangmu
Tentang bersama
Tentang suka duka
Senda gurau yang tak biasa

Datang kemari
Kemudian duduk manis disisi
Kan ku cerita kan segala hal
Kecuali perpisahan

Sebab telah ku pasrah kan diriku
Tenggelam pada telaga waktu
Yang bernama rindu

Benar kita berpisah
Tapi tidak terpisah

Demi Masa, demi Manusia

Demi masa
Maka merugilah.
kaum muda yg tinggi rasa,
Namun miskin upaya.
Telah diberikan kepadanya gairah muda.
Tempat semula bermula.
1000 langkah
Penuh makna
Untuk hari yg lebih baik.
Tidakkah kau takut menjadi tua dan menua?
Lupa dan segalanya?
Selagi muda belajarlah
Bacalah seluruh isi bumi
Hingga kepalamu pecah dan berdarah
Pengetahuanmu muncrat
Mengalir disana sini
Meresap dikepala manusia lain.
Manusia yg bernama tidak tahu....
"Alamak sea2 mua,taungna ompori sesse kale,nasaba riwettu baiccunna de memang na engka magguru....."